JAKARTA, Pos Liputan – Forum Komunikasi Dosen Seluruh Indonesia (FKDSI) menegaskan dukungan penuh terhadap pemanfaatan pangan lokal sebagai bahan utama dalam pemenuhan kebutuhan program Makanan Bergizi Gratis (MBG).
FKDSI menyatakan siap mengerahkan kekuatan jejaring nasionalnya guna memperkuat rantai pasok pangan lokal yang berkualitas, berkelanjutan, dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
Sebagai organisasi akademik dengan jaringan ribuan kepengurusan di berbagai provinsi, kabupaten, dan kota, FKDSI menempatkan diri sebagai mitra strategis pemerintah dalam mendukung implementasi MBG.
Kehadiran para dosen, peneliti, dan akademisi di daerah dinilai menjadi peluang besar untuk memberikan kontribusi mulai dari riset, pendampingan UMKM pangan, penguatan logistik, hingga inovasi menu berbasis pangan lokal.
Ketua FKDSI, A. Herenal, menegaskan bahwa peran FKDSI tidak hanya berhenti pada dukungan moral, tetapi juga mencakup keterlibatan operasional melalui kerja sama lintas sektor.
“FKDSI siap berperan sebagai mitra strategis pemerintah dalam penyelenggaraan program ini. Dengan jaringan kepengurusan yang tersebar di seluruh Indonesia, FKDSI akan mengajukan usulan untuk berkolaborasi bersama Tim Koordinasi Penyelenggaraan MBG, yang terdiri dari unsur kementerian dan lembaga lintas sektor. Kolaborasi ini kami pandang penting untuk memperkuat pelaksanaan MBG secara lebih terpadu dan berkelanjutan,” ujar A. Herenal.
FKDSI juga menekankan bahwa Indonesia memiliki kekayaan pangan lokal yang sangat potensial untuk dijadikan menu MBG.
Salah satu pangan bergizi yang disoroti adalah ubi ungu, yang kaya antioksidan, vitamin A, dan serat.
Ubi ungu dinilai bermanfaat untuk menjaga kesehatan mata, meningkatkan sistem imun, dan mendukung pencernaan anak.
Bahan pangan ini mudah diolah menjadi berbagai menu ramah anak, seperti puree, roti, hingga makanan ringan.
Selain ubi, jagung lokal dari Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Jawa juga dianggap ideal sebagai sumber karbohidrat kompleks, vitamin B, dan mineral penting.
Jagung dapat diolah menjadi bubur, sup, perkedel, atau campuran sayur yang bergizi. Sementara itu, pisang kepok dan pisang raja disebut sebagai sumber potassium, vitamin B6, dan serat larut yang bermanfaat untuk pertumbuhan tulang dan kesehatan saraf anak.
Dari kelompok protein, FKDSI menyoroti potensi ikan air tawar lokal seperti nila dan mujair yang kaya omega-3, zat besi, dan protein.
Kandungan tersebut penting bagi perkembangan otak dan konsentrasi anak.
Ikan lokal juga mudah diolah, mulai dari bakso ikan, nugget sehat, hingga pepes ramah anak.
Sayur mayur lokal seperti bayam, kacang panjang, labu kuning, dan kelor turut menjadi sumber gizi yang penting.
Daun kelor bahkan dikenal sebagai “superfood lokal” berkat tingginya kandungan zat besi yang berperan dalam mencegah anemia pada anak.
FKDSI menilai keberagaman pangan lokal tidak hanya menyediakan alternatif menu bergizi bagi anak-anak, tetapi juga mendukung kemandirian pangan dan memperkuat perekonomian masyarakat di daerah.
Pemanfaatan pangan lokal dinilai memberi manfaat ganda: meningkatkan gizi penerima MBG sekaligus menggerakkan ekonomi petani, nelayan, hingga UMKM pangan.
Melalui pernyataan ini, FKDSI menegaskan kesiapannya untuk terus mendukung pemerintah dalam memperkuat ekosistem pangan lokal, memastikan ketepatan sasaran program MBG, serta memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat di seluruh Indonesia.












Komentar