BONE, Pos Liputan – Terkait runtuhnya jembatan gantung Barakkao yang menghubungkan Desa Polewali dan Kelurahan Awangtangka, Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan (Sulsel).
Kepala Desa Polewali, Hamrung mengatakan, ambruknya jembatan gantung yang menghubungkan Desa Polewali dengan Kelurahan Awang Tangka, yang merupakan akses alternatif terdekat ketiga desa yang ada yakni, Desa Polewali, Desa Mallahae dan Desa Massangkae.
Hamrung menjelaskan, pembangunan jembatan tersebut di bangun sejak tahun 1995 silam. Pada masa itu yang menjabat sebagai Bupati Bone adalah Andi Amir atau yang dikenal dengan nama Petta Amir.
“Sudah lama sekali itu jembatan gantung pak. Itu jembatan dibangun di masa pemerintahan Petta Amir di tahun 1995. Jadi, umur jembatan itu sudah 27 tahun pak,” katanya, Sabtu, (6/8/2022).
Ia menambahkan, kata Hamrun, runtuhnya jembatan gantung Barakkao itu sehingga ketiga desa yang menghubungkan Kelurahan Awangtangka menjadi lumpuh.
Bukan hanya itu, kata dia, perekonomian di tiga desa yakni Desa Polewali, Desa Mallahae dan Desa Massangkae, bisa lumpuh. Pasalnya, jembatan itu merupakan akses tercepat yang digunakan masyarakat.
“Sebanarnya ada akses lain pak. Tapi, harus mengunakan perahu untuk menyeberang dan itu jauh pak,” katanya.
Menurutnya, kata Hamrun, untuk pembangunan jembatan yang ada di desanya sudah diusulkan ke pemerintah daerah kabupaten Bone. Namun, sampai saat ini belum ada realisasinya.
“Saya heran, karena tahun ini ada anggarannya untuk pembangunan jembatan sebesar Rp 12 miliar. Tapi kenapa sampai saat ini tidak terealisasi. Saya berharap agar tahun depan pembangunan jembatan bisa terealisasi,” harapnya.
Dari peristiwa tersebut, berawal saat seorang warga Desa Polewali yang tengah sakit kemudian dibawah ke Puskesmas dengan berjalan kaki, karena di daerah tersebut tidak ada akses untuk mobil masuk.
“Dari peristiwa itu 30 warga yang tercebur ke dalam sungai, 3 di antaranya dilarikan ke rumah sakit setempat karena mengalami luka parah bocor kepalanya,” terangnya.
Diketahui, Jembatan yang runtuh itu tidak jauh dari kampung halaman Jenderal (Purn) M Yusuf. Beliau merupakan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) sekaligus Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhankam) tahun 1978 hingga 1983.
Komentar