MAKASSAR, Posliputan.com – Masyarakat Kelurahan Limpomajang, Kabupaten Soppeng, mulai melihat harapan baru dalam menghadapi permasalahan ikan Sapu-Sapu yang selama ini dianggap merugikan.
Melalui program Pengabdian kepada Masyarakat bertajuk “PPMU-PPUPIK Pellet Pakan Ternak Berbasis Ikan Sapu-Sapu”, Universitas Hasanuddin menghadirkan solusi nyata yang mengubah tantangan menjadi peluang peningkatan ekonomi lokal.
Program ini merupakan bagian dari kegiatan Pengembangan Usaha Produk Intelektual Kampus (PPMU-PPUPIK) yang digagas oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unhas, dan dilaksanakan pada Sabtu, 19 Juli 2025.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengolah ikan Sapu-Sapu menjadi produk bernilai jual, khususnya sebagai bahan baku pellet pakan ternak.
Selama ini, para peternak di Limpomajang menghadapi tantangan serius akibat tingginya harga pakan komersial di pasaran. Ketergantungan terhadap pakan pabrikan membuat biaya produksi semakin berat dan tak terjangkau bagi sebagian besar peternak skala kecil. Di sisi lain, keberadaan ikan Sapu-Sapu di sekitar Danau Soppeng menjadi masalah tersendiri, yakni ikan ini merusak alat tangkap nelayan, menjadi kompetitor ikan budidaya, mencemari lingkungan, dan tidak memiliki nilai jual karena tidak diminati sebagai ikan konsumsi.
Program pengabdian ini disambut antusias oleh masyarakat, karena menghadirkan pendekatan baru dalam menangani dua persoalan sekaligus, yakni ketersediaan pakan ternak murah dan pengelolaan populasi ikan Sapu-Sapu. Inovasi pengolahan ikan Sapu-Sapu menjadi pellet pakan diyakini mampu menurunkan biaya produksi ternak hingga 70–80%, sekaligus meningkatkan potensi ekonomi masyarakat sekitar.
Kegiatan yang berlangsung di Kelurahan Limpomajang ini dibuka secara resmi oleh Kepala Kelurahan, Bapak Hasanuddin. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi atas kehadiran tim pengabdian Unhas dan menegaskan bahwa persoalan ikan Sapu-Sapu telah lama menjadi keluhan masyarakat.
“Selama ini kami tidak tahu bagaimana mengolahnya agar bernilai jual, bahkan untuk dijadikan pakan pun kami tidak punya peralatan yang memadai,” ujarnya.
Ketua Tim Pengabdian, Dr. Ir. Agustina Abdullah, S.Pt., M.Si., IPM., ASEAN Eng., menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya berfokus pada keterampilan teknis, tetapi juga membawa dampak sosial ekonomi.
“Kami ingin memberdayakan masyarakat tidak hanya secara teknis, tetapi juga menciptakan peluang usaha baru yang berbasis potensi lokal,” kata Agustina.
Pelatihan yang diberikan mencakup penyusunan ransum pakan, teknik izinedar, hingga proses pengemasan produk. Sebelum memulai pelatihan, dilakukan pre-test untuk mengukur pemahaman awal masyarakat terkait ikan Sapu-Sapu. Kegiatan ini juga dirancang interaktif melalui diskusi dan sesi tanya jawab.
Suasana pelatihan berlangsung semarak. Masyarakat terlihat aktif dan semangat mengikuti setiap sesi. Mereka menyambut baik pendekatan ini karena tidak hanya memberikan ilmu baru, tetapi juga mengubah cara pandang terhadap ikan Sapu-Sapu dari yang selama ini disebut “musuh dan predator,” kini menjadi sumber daya yang memberi nilai tambah.
Program ini juga mendapat dukungan penuh dari Laboratorium Lapangan Program Studi Agribisnis Peternakan Fakultas Vokasi Unhas yang berada di Kampus Soppeng. Kolaborasi antara tim pengabdian, laboratorium lapangan, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan dalam implementasi kegiatan.
Melalui program ini, Universitas Hasanuddin menegaskan komitmennya untuk membangun kemandirian ekonomi masyarakat pedesaan melalui penguatan sinergi antara perguruan tinggi dan komunitas lokal.
Diharapkan, inisiatif ini tidak hanya memicu tumbuhnya usaha mikro berbasis pakan ternak alternatif, tetapi juga menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam memanfaatkan potensi lokal secara kreatif dan berkelanjutan.
Komentar