MAKASSAR, Pos Liputan – Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar bekerja sama dengan International Organization for Migration (IOM) menggelar Global Migration Film festival.
Kegiatan tersebut diadakan di LT Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), Senin (12/12/2022).
Global Migration Film Festival ini bertujuan untuk menunjukkan kondisi yang dihadapi migran atau pengungsi Internasional lewat sebuah film dokumenter dan juga dapat menambah wawasan mahasiswa tentang sebuah perfilman.
Selain itu juga terdapat beberapa kegiatan yaitu movie screening, movie discussion, traditional dance, henna art, culinary exhibition dan art exhibition.
Dalam kegiatan ini menghadirkan dua narasumber yaitu ketua IOM UM migration Yulimonsiboat dan Sutradara Rahmat.
Ketua IOM UM migration Yulimonsiboat mengatakan, pengungsi dapat mengakses pelayanan perlindungan dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD),Power Purchase Agreement (PPA) Kota Makassar secara mandiri ataupun dengan difasilitasi I0M. Yakni mencakup pelayanan rumah aman, medis, dampingan hukum, dan konseling, ungkap ketua IOM Migration.
“Pembagian peran dan tanggung jawab yang jelas antara UPTD, PPA, JOM dan UNHCR dalam pencegahan dan penanggulangan Kasus Berbasis Gender (KBG). Serta Respon dan solusi yang terintegrasi dan terkoordinasi untuk kasus KBG,” tambahnya.
Mahasiswa KKN Tematik IAIN Bone Laksanakan Seminar Program Kerja di Desa Lamatti Riattang
Selanjutnya pemateri kedua sutradara Rahmat mengatakan, sebagai sutradara itu mesti memiliki dua kecerdasan. Pertama, kecerdasan intelektual. Seorang sutradara menyutradarai yang kita lihat cuman di lokasi tetapi jauh sebelum kita ke lokasi syuting, kita ada beberapa rangkaian yaitu seminar scenario dan pra production.
Ada tiga hal yang perlu dimiliki sutradara yaitu pertama, bisa menulis dan mengetahui struktur. Yang kedua, harus pandai akting dan mengetahui unsur aturan, dan yang terakhir harus mengetahui unsur-unsur sinematografi.
Kemudian yang ketiga yaitu psikologi. Bagaimana seseorang sutradara berkomunikasi dengan aktornya yang memiliki psikologis, karena secara sederhana film itu ada karakter.
“Kita harus tau apa tujuannya, apa konfliknya, bagaimana kita berkomunikasi dengan aktor, dengan cara kita berbincang. Dalam hal ini kita tidak berbicara tentang karakter film terlebih dahulu, tetapi kita melakukan diskusi atau pendekatan diri terlebih dahulu. Di situlah kita dapat membangun karakter dari dua hal yaitu psikologis dan lingkungan,” ungkap Rahmat selaku sutradara.
Komentar