Abon Telur dan Urban Farming, Cara Universitas Patompo Bangun Ketahanan Pangan dari Desa

Publisher:
Eksklusif, Berita Terkini di WhatsApp Posliputan.com

GOWA, Pos Liputan – Dalam upaya mewujudkan pembangunan nasional yang inklusif dan berkelanjutan, Fakultas Ekonomi Universitas Patompo menggelar program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) bertajuk Ketahanan Pangan Berbasis Pemberdayaan Ekonomi Lokal.

Kegiatan ini menjadi wujud nyata dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi sekaligus kontribusi langsung terhadap pencapaian Asta Cita, delapan cita-cita pembangunan nasional yang mengedepankan ketahanan pangan, kemandirian ekonomi, dan keadilan sosial.

Kegiatan yang dipusatkan di Desa Tanakaraeng, Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa ini menyasar kelompok masyarakat rentan, khususnya petani kecil dan pelaku UMKM sektor pangan.

Para dosen dan mahasiswa terlibat aktif dalam memberikan pelatihan kewirausahaan berbasis pangan lokal, pengolahan hasil pertanian seperti abon telur, hingga edukasi keuangan sederhana sebagai upaya mendorong kemandirian usaha.

Beberapa subtema kegiatan antara lain, pelatihan pembuatan abon telur untuk ketahanan pangan keluarga, pelatihan sadar hukum dan sadar bisnis untuk pengusaha pemula, pemberdayaan ibu rumah tangga melalui usaha ayam lokal, serta urban farming berbasis hidroponik.

Baca Juga:  
Jadi Pembicara di Camp Pecinta Alam Polbangtan Gowa, Ketua HPI Sebut Pentingnya Jaga Lingkungan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dibahas juga strategi pemasaran produk pangan untuk meningkatkan daya saing di pasar global.

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Patompo, Dr. Saripuddin, dalam sambutannya menegaskan bahwa ketahanan pangan bukan hanya soal ketersediaan bahan makanan.

“Melalui program ini, kami mendorong masyarakat agar tidak sekadar menjadi konsumen, tetapi juga produsen pangan yang mandiri dan berdaya saing,” ujarnya.

Program ini dirancang untuk memberikan dampak jangka panjang. Salah satu inisiatif unggulannya adalah pendampingan pembentukan koperasi pangan desa serta penguatan jaringan distribusi berbasis digital.

Langkah ini menjadi respons konkret terhadap tantangan global, seperti perubahan iklim, inflasi pangan, dan ketergantungan terhadap impor bahan pangan.

Baca Juga:  
Alumni 98 SMA Kajuara Berikan Voucher ke Siswa Berprestasi

Kegiatan ini juga menjadi bagian dari kontribusi Fakultas Ekonomi dalam mendukung butir kelima Asta Cita: “Mewujudkan bangsa yang berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.”

Melalui pendekatan berbasis potensi pangan lokal dan kearifan masyarakat, program ini memperkuat nilai-nilai kemandirian dan relevansi pendidikan tinggi dengan kebutuhan masyarakat.

Dampaknya cukup signifikan. Hasil evaluasi menunjukkan lebih dari 75% peserta mengalami peningkatan pengetahuan dalam pengolahan pangan, pemasaran digital, dan manajemen usaha.

Beberapa peserta bahkan telah memulai usaha baru dan tergabung dalam komunitas UMKM yang terbentuk selama kegiatan berlangsung.

Salah satu peserta, Nirwana, seorang petani dan pelaku UMKM, mengungkapkan rasa syukurnya.

“Sebelum ada kegiatan ini, saya tidak tahu kalau telur bisa dibuat jadi abon yang tahan lama dan bisa dijual ke luar desa. Sekarang saya punya penghasilan tambahan dan sudah belajar juga cara jualan lewat WhatsApp dan Facebook,” ungkapnya.

Baca Juga:  
FEBI UIN Alauddin Tingkatkan Usaha UMKM dengan Festival Ekonomi 2023

Kisah seperti Nirwana, seorang petani yang juga pelaku UMKM menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara akademisi dan masyarakat mampu melahirkan solusi inovatif atas persoalan ketahanan pangan.

Fakultas Ekonomi Universitas Patompo percaya bahwa perguruan tinggi harus hadir di tengah masyarakat dan bukan hanya lewat teori, tetapi dengan tindakan nyata.

“Ke depan, program ini akan dikembangkan dan direplikasi di desa-desa lain dengan menggandeng mitra strategis seperti pemerintah daerah, BUMDes, dan sektor swasta. Dengan semangat Together Empowerment Collaboration, Fakultas Ekonomi Universitas Patompo terus bergerak menjadi pusat pemberdayaan ekonomi lokal yang relevan, adaptif, dan berdampak,” kata Dr. saripuddin.

Sejalan dengan semangat Asta Cita, membangun ketahanan pangan adalah langkah membangun kedaulatan bangsa dari akar rumput.

Komentar