Kemunculan Android Salah Satu Pemicu Konflik di Media Sosial Melalui Akun Palsu

Publisher:
Eksklusif, Berita Terkini di WhatsApp Posliputan.com

Pos Liputan – Kata ilusi dapat diartikan sesuatu yang hanya dalam angan-angan, khayalan, pengamatan yang tidak sesuai dengan penginderaan, tidak dapat dipercaya atau palsu. Istilah sederhananya kata ‘ilusi’ berarti hal yang tidak akan pernah terjadi atau mungkin ada pembaca yang memiliki pemaknaan yang berbeda.

Penjelasan diatas bermaksud sebagai pengantar awal untuk memahami dengan terang sebuah ilusi dikehidupan sosial masa kini. Contoh yang lebih mudah adalah gambar yang dihasilkan dari ilusi optik dimana mata kita seolah-olah melihat gambar yang bergerak, kenyataannya hanya ilustrasi.

Memasuki era digitalisasi telah melegitimasi peradaban manusia saat ini kalau terus mengalami kemajuan dan super canggih akan tetapi diwaktu yang bersamaan muncul masalah-masalah baru dalam kehidupan sosial sekarang ini seperti interaksi sosial (silaturahmi) yang mulai berkurang, orang-orang menciptakan keterasingannya sendiri dengan lingkungan, dan ilusi atau manusia mulai hidup dengan penuh angan-angan belaka. Kita pasti terheran, mengapa bisa terjadi seperti demikian?.

Baca Juga:  
Elit Politik dan Kekuasaan

Mari kita lihat bersama-sama dan menjawabnya bilamana ada pertanyaan seperti diatas. Kita sebagai manusia yang telah melewati fase modernisme dan kembali menikmati fase digitalisasi super canggih tentunya keseharian kita tidak bisa terlepas dari gendet atau adroid, dari kalangan anak kecil, remaja, orang dewasa bahkan orang tua digenggamannya adalah adroid bahkan waktu mereka lebih banyak dihabiskan dihadapan handphone androidnya masing-masing.

Akibat dari fenomena itu orang-orang kurang berinteraksi antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya pada akhirnya hubungan mereka menjadi renggang dan saling berjauhan. Mereka hanya sibuk dengan androidnya masing-masing dari bangun tidur hingga tertidur lagi dan tanpa ia sadari dia sendirilah yang menciptakan keterasingannya sendiri dengan lingkungannya.

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain masalah tersebut diatas, juga muncul problem baru yang lebih menggelengkan kepala kita yaitu manusia perlahan tapi pasti diantarkan pada kehidupan yang penuh angan-angan dan khayalan semata atau lebih tepatnya adalah ilusi atau kenyataan palsu.

Baca Juga:  
Bahaya "Money Politik" Menjadi Akar Penyebab Korupsi

Ilusi ini terjadi akibat dari rentetannya, dimana orang-orang sudah mulai kurang melakukan interaksi sosial juga disibukkan bermain android atau gedgetnya masing-masing sehingga pada saat itulah orang mulai keasyikan dengan dunia barunya yang penuh ilusi dalam hal ini dunia maya (media sosial).

Disosial medialah mereka berselancar bersama jari-jari tangannya, pemandangan yang tidak asing lagi kita bahas adalah postingan foto-foto kemewahan, makanan-makanan istimewah, gambar romantis dengan pasangan , dan foto-foto beribadah atau lagi berdoa supaya terlihat alim, itu semua hanya untuk mendapatkan pengakuan dari teman-teman Facebook, Whatsapp, Istagram dan yang lain-lain dimedia sosial, padahal kenyataan yang sebenarnya tidaklah sama dengan gambar yang mereka posting, bukankah itu sebuah kenyataan palsu yang kita sampaikan kepada orang lain.

Baca Juga:  
Kembalinya Akal Sehat Kampus

Bukan hanya gambar yang diposting, kita juga sering menulis dengan kalimat-kalimat indah dimedia sosial, tulisan-tulisan motivasi, kata-kata mutiara dan syair-syair agama kalau kita membacanya begitu bijak dan mulia yang menulisnya akan tetapi pada kehidupan yang lebih nyata kita tidak mampu mengaplikasikannya sendiri.

Kemunculan akun-akun palsu dimedia sosial mungkin saja karena orang-orang telah jauh berada dalam ilusi. mereka saling berdebat, saling serang, saling adu argumen, berkonflik tanpa pernah tahu mereka berinteraksi dengan siapa pada saat itu. Siapa manusia dibalik akun palsu itu dengan bermacam-macam informasi dia kabarkan tanpa sumber yang jelas.

Seharusnya kita kembali mengevaluasi diri masing-masing lalu mengamati kemajuan yang terjadi sekarang ini kemudian mencermati segala macam masalah baru yang ditimbulkan agar kita bisa menjadi manusia yang tercerahkan bukan sebaliknya yang terjadi.

 

Tulisan ini bertanggungjawab sepenuhnya adalah penulis

Penulis: Sirajuddin Djusuf
Baca berita Pos Liputan di:
|

Komentar