MAKASSAR, Pos Liputan – Suasana haru dan semangat mewarnai Senin pagi (14/07/2025), di berbagai sekolah di seluruh Indonesia.
Di tengah pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), muncul pemandangan yang menyentuh hati yakni, para ayah turut hadir mengantar anak-anak mereka ke sekolah di hari pertama.
Fenomena ini bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan wujud nyata keterlibatan emosional dan spiritual seorang ayah dalam proses pendidikan anak.
Kehadiran mereka menjadi simbol penting penanaman nilai-nilai karakter, kebersamaan, dan keteladanan sejak dini.
Di Sekolah Dasar Negeri Unggulan BTN Pemda Kota Makassar, puluhan ayah tampak antusias berdiri di depan gerbang sekolah.
Mereka menggandeng tangan mungil anak-anak yang mengenakan seragam sekolah yang masih baru.
Sebagian terlihat berfoto bersama, sementara lainnya memancarkan ekspresi bahagia yang tak tersembunyikan.
Salah satu yang turut merasakan kebahagiaan tersebut adalah Dr. Syamsumarlin Taha, akademisi dan praktisi pendidikan dari Universitas Patria Artha.
Ia turut mengantar putranya, Muhammad Rashya Al Fatih, yang kini duduk di bangku kelas dua SD.
“Saya menyambut baik himbauan pemerintah dalam Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah. Hal tersebut merupakan sebuah peristiwa monumental bagi saya, ayah dari Muhammad Rashya Al Fatih yang kini duduk di bangku kelas dua,” ujar Syamsumarlin kepada Pos Liputan.
Menurutnya, MPLS bukan sekadar kegiatan formal mengenal bangku dan buku, melainkan menjadi awal dari pendidikan sejati yang dilandasi relasi hangat, nilai luhur, dan kasih sayang.
“Kehadiran ayah di hari pertama sekolah menjadi simbol keteladanan yang akan terukir dalam benak anak sebagai fondasi emosional mereka. Langkah kecil yang mereka ayunkan hari ini adalah bagian dari perjalanan panjang menuju masa depan, yang diilhami dengan keyakinan dan cinta,” ungkapnya.
Syamsumarlin juga menambahkan bahwa doa yang terucap lirih, pelukan yang menguatkan, serta pesan bijak di pagi hari akan menjadi cahaya yang membimbing anak-anak di masa depan.
“Saya sangat mengharapkan bahwa Gerakan ‘Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah’ yang digaungkan secara nasional ini bukan sekadar kegiatan simbolis semata, akan tetapi harus ditumbuhkan menjadi budaya yang mengakar kuat. Karena setiap impian besar selalu bermula dari langkah kecil, dan langkah itu akan jauh lebih tegap jika ditemani oleh cinta seorang ayah, di ambang ilmu, dalam jejak cinta yang tak pernah padam,” tegasnya.
Gerakan ini menjadi pengingat bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama, dan kehadiran orangtua terutama ayah dapat menjadi fondasi kokoh bagi masa depan anak-anak Indonesia.
Komentar