Modal Sosial Tidak Cukup Untuk Memenangkan Pilkada

Publisher:
Eksklusif, Berita Terkini di WhatsApp Posliputan.com

Pos Liputan – Modal sosial, seperti jaringan komunitas, kepercayaan masyarakat, dan dukungan tokoh lokal, memang merupakan aset penting dalam Pilkada. Namun, modal sosial saja tidak cukup untuk menjamin kemenangan. Dalam kontestasi politik yang kompleks, ada banyak faktor lain yang harus diperhatikan agar kandidat memiliki peluang yang lebih besar untuk memenangkan hati pemilih.

Biaya operasional seperti iklan, alat peraga kampanye, transportasi tim, hingga penyelenggaraan acara tidak bisa diabaikan. Tanpa dukungan finansial, sulit untuk memastikan kampanye berjalan secara efektif.

Dalam era teknologi, kampanye melalui media sosial membutuhkan anggaran untuk produksi konten kreatif dan iklan berbayar yang menjangkau audiens luas. Pemilih semakin kritis dan membutuhkan program yang konkret untuk menjawab masalah mereka, seperti peningkatan infrastruktur, pendidikan, atau lapangan kerja.

Kandidat harus mampu menjelaskan program kerja mereka dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat. Kandidat yang pandai berkomunikasi dan mampu berbicara langsung dengan masyarakat seringkali lebih mudah membangun kedekatan emosional.

Baca Juga:  
Pribumisasi Nilai-nilai Islam

Dalam Pilkada, kemampuan berdebat dan menyampaikan visi secara persuasif menjadi salah satu penentu untuk menarik perhatian pemilih yang masih ragu. Partai politik yang solid memberikan akses pada jaringan pemilih yang lebih luas dan legitimasi politik.

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dukungan tokoh masyarakat atau pemimpin adat yang dihormati dapat memperkuat pengaruh kandidat di kalangan pemilih tradisional. Kehadiran di media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Twitter sangat penting untuk menjangkau pemilih muda.

Liputan positif di media massa dapat meningkatkan elektabilitas dan memperluas pengaruh kandidat. Kandidat harus memahami secara mendalam kebutuhan spesifik masyarakat di wilayah mereka. Dalam beberapa kasus, sikap terhadap isu nasional yang relevan dengan daerah juga memengaruhi pandangan pemilih.

Potensi kecurangan yang dilakukan oleh calon petahana (incumbent) dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sering kali menjadi perhatian karena mereka memiliki akses lebih besar terhadap sumber daya dan jaringan politik dibandingkan dengan calon lain.

Baca Juga:  
Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Anak Usia Sekolah dari Bullying

Incumbent dapat memanfaatkan anggaran daerah untuk program-program populis menjelang Pilkada, seperti bantuan sosial atau proyek infrastruktur, yang bertujuan menarik simpati masyarakat.

Penggunaan kendaraan dinas, kantor, atau sumber daya lain untuk mendukung kegiatan kampanye pribadi. Incumbent bisa memanfaatkan wewenang untuk mengangkat atau memindahkan pejabat daerah demi mengamankan dukungan dari aparatur sipil negara (ASN).

Kebijakan dadakan seperti pemberian insentif  kepada kelompok tertentu menjelang Pilkada. ASN dan Honorer bisa dimobilisasi untuk memberikan dukungan kepada incumbent, baik secara langsung maupun melalui kegiatan terselubung seperti penggalangan massa atau kampanye terselubung.

ASN yang tidak mendukung incumbent bisa diancam dengan mutasi, penurunan jabatan, atau bahkan pemecatan. Bansos yang bersumber dari APBD sering digunakan sebagai alat politik, misalnya dengan mencantumkan nama atau gambar incumbent pada bantuan tersebut.

Penyaluran bansos diprioritaskan ke wilayah dengan basis pendukung atau untuk memengaruhi pemilih yang belum menentukan pilihan. Intimidasi terhadap lawan politik atau pendukung mereka untuk mengurangi peluang mereka bersaing secara adil.

Baca Juga:  
Kembalinya Akal Sehat Kampus

Politik uang secara langsung kepada pemilih melalui tim sukses atau jejaring yang dikelola oleh incumbent. Modal sosial adalah landasan penting dalam Pilkada karena memberikan legitimasi dan kedekatan dengan masyarakat.

Dengan begitu massivenya politik uang masyarakat tidak lagi mementingkan kualitas calon tetapi yang dipikiran masyarakat adalah bagaimana mendapatkan uang atau serangan fajar berharap sembako dan uang, pemaparan visi dan misi dalam debat kandidat menjadi variabel kesekian dalam menentukan pilihan politik.

Namun, untuk memenangkan kontestasi, modal sosial harus dilengkapi dengan modal finansial, strategi komunikasi yang matang, program kerja yang relevan, serta dukungan politik dan media. Politik adalah seni memenangkan kepercayaan publik melalui kombinasi berbagai modal dan strategi yang saling mendukung.

Penulis: Andi Aris Mattunruang
Baca berita Pos Liputan di:
|

Komentar