JAKARTA, Pos Liputan – Refleksi akhir tahun sering menjadi momen untuk merenung dan menilai perjalanan hidup selama setahun terakhir.
Namun, bagi Adi Prayitno, seorang akademikus dan analis politik, refleksi itu ia sampaikan dengan sindiran sederhana yang penuh makna.
Melalui cuitan di akun pribadi sosial media X miliknya pada Jumat (27/12/2024) Adi Prayitno menulis refleksi akhir tahun.
“Apa Refleksi akhir tahunmu? Kalo aku, refleksi simpel aja. Susu diganti daun kelor. Bagus kog,” tulisannya dikutip Media Pos Liputan.
Jelang Wukuf di Arafah, Ketua DPKN: Jamaah Haji Perbanyak Istirahat dan Kurangi Aktivitas
Adi menceritakan kegunaan daun kelor di tempat tinggalnya, salah satunya untuk mengusir makhluk halus yang sering mengganggu manusia.
“Waktu SD tiap hari makan ini daun. Mau beli susu ga sanggup soalnya waktu itu. Di tempatku guna daun kelor 2: pertama buat makan. Kedua untuk usir dedemit kata emak,” katanya.
Cuitan Adi Prayitno itu diduga merupakan sindiran terhadap wacana belakangan ini yang sedang berkembang.
Adanya keinginan sejumlah pihak untuk mengganti susu dengan daun kelor di menu program makan bergizi gratis yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto.
Banyak pihak mempertanyakan efektivitas dan kesesuaian daun kelor sebagai pengganti susu dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anak.
Program makan siang tersebut sebelumnya diinisiasi dengan tujuan meningkatkan asupan gizi anak-anak Indonesia, khususnya di wilayah terpencil.
Namun, kebijakan penggantian susu ini memicu diskusi panas, baik dari sisi ilmiah maupun sosial.
Pernyataan Adi Prayitno ini tak hanya mencerminkan kritik terhadap kebijakan tersebut, tetapi juga mengingatkan pada realitas kehidupan masyarakat di pelosok yang sering bergantung pada sumber pangan lokal.
Sindiran “susu diganti daun kelor” pun menjadi simbol perdebatan mengenai bagaimana kebijakan pemerintah bisa relevan dengan kebutuhan masyarakat luas.
Komentar