Manusia Terancam Kehabisan Stok Air Tawar, Ilmuan Temukan Potensi di Laut

Publisher:
Eksklusif, Berita Terkini di WhatsApp Posliputan.com

JAKARTA, Pos Liputan – Diperkirakan air tawar untuk dikonsumsi di planet Bumi tidak akan cukup, ini adalah masalah yang diperkirakan akan semakin memburuk di tahun-tahun mendatang.

Krisis air mineral tersebut menginspirasi para ilmuwan berusaha menemukan sumber baru cairan penopang kehidupan ini untuk memenuhi kebutuhan kita.

Para ilmuan pun melakukan riset dan menemukan salah satu sumber yang saat ini belum dimanfaatkan adalah uap air di atas lautan, yang hampir tidak terbatas sejauh persediaan tersedia.

Ini menjadi studi baru menguraikan bagaimana struktur pemanenan dapat digunakan untuk mengubah uap ini menjadi air yang dapat diminum.

Baca Juga:  
Belum Ada Solusi, Tiga Masalah Krusial di Kabupaten Sinjai Mulai dari Banjir, Sampah Hingga Air Bersih

“Akhirnya, kita perlu menemukan cara untuk meningkatkan pasokan air bersih karena konservasi dan daur ulang air dari sumber yang ada, meskipun penting, tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia,” jelas insinyur sipil dan lingkungan Praveen Kumar dari Universitas dari Illinois Urbana-Champaign. Sebagaimana dilansir Science Alert (25/12).

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kami pikir metode yang baru kami usulkan dapat melakukannya dalam skala besar.”

Sistem ekstraksi uap air laut mungkin diproyeksikan secara ilustrasi oleh Kumar sekitar 210 meter (689 kaki) dengan lebar 100 meter (328 kaki) – kira-kira setinggi kapal pesiar besar – struktur yang diusulkan meniru siklus air alami dengan cara mengangkut, mengembun, dan mengumpulkan air.

Baca Juga:  
Aliansi Mahasiswa Sinjai Kembali Turun, Minta Direktur PDAM Dicopot

Menurutnya, udara lembab akan diangkut tepat di atas permukaan laut ke pantai terdekat, di mana sistem pendingin dapat mengembunkan uap air menjadi cairan. Semua ini akan berjalan pada angin terbarukan atau energi matahari.

Sementara itu para peneliti belum memberikan secara spesifik desain yang jelas, mereka menghitung jumlah kelembaban yang dapat diekstraksi di 14 lokasi penelitian di seluruh dunia.

Walau menurutnya, hanya satu dari instalasi ini yang berpotensi memenuhi kebutuhan air minum rata-rata harian sekitar 500.000 orang.

Baca Juga:  
World Bank Sebut Beras di Indonesia Paling Mahal se-ASEAN

Sehingga bagi peneliti dari University of Illinois Urbana-Champaign, itu bisa menjadi tambahan besar bagi pabrik desalinasi yang sudah beroperasi di banyak tempat di seluruh dunia, untuk menghilangkan garam terlarut dari air laut.

“Ini belum pernah dilakukan sebelumnya, dan saya pikir itu karena para peneliti sangat fokus pada solusi berbasis lahan tetapi studi kami menunjukkan opsi lain memang ada,” kata ilmuan atmosfer, Francina Dominguez.

Meski demikian, para peneliti juga mempertimbangkan konsekuensi potensial dari perubahan iklim dan daerah kering, tetapi mereka menyimpulkan bahwa sistem mereka akan tetap berkelanjutan bahkan saat dunia menghangat.

Penulis: Burhan
Baca berita Pos Liputan di:
|

Komentar