Sakti Tanpa Keris: Kemenangan Pemimpin Perempuan pada Pilkada 2024 di Sulawesi Selatan

Publisher:
Eksklusif, Berita Terkini di WhatsApp Posliputan.com

OPINI, Pos Liputan- Kemenangan tujuh perempuan dalam Pilkada 2024 di Sulawesi Selatan menandai tonggak penting bagi keterlibatan perempuan dalam dunia politik. Di antara pemenang tersebut, tiga perempuan terpilih menjadi Bupati: Andi Ina Kartika Sari (Kab.Barru), Husnia Talenrang (Kab.Gowa), dan Hj. Ratnawati Arif (Kab.Sinjai). Sementara itu, Hj Fatma Rusdi menjadi Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, dan Hj Aliyah Mustika terpilih sebagai Wakil Walikota Makassar, serta Nur Kanaah (Wakil Bupati Sidrap) dan Hj Puspawati (Wakil Bupati Luwu Timur) meraih posisi penting di kabupaten mereka.

Prestasi ini bukan sekedar pencapain politik di era politik modern, tetapi juga mencerminkan warisan sejarah panjang kepemimpinan perempuan di Sulawesi Selatan. Dari zaman kerajaan, perempuan Bugis Makassar telah memainkan peran penting dalam kekuasaan, memperlihatkan bahwa perempuan memiliki kemampuan untuk memimpin masyarakat bahkan dalam sistem patriarki.

Sejarah Kepemimpinan Perempuan di Sulawesi Selatan.

Sulawesi Selatan memiliki sejarah panjang kemimpinan perempuan yang kuat, mulai dari kerajaan Gowa hingga Tanete dan Bone. Salah satunya adalah Sani Fatimah Daeng Nisakking bergelar Karaeng Bontoje’ne, raja perempuan dari kerajaan Gowa pada abad ke-17. Ia dikenal sebagai pemimpin dengan kebijaksanaan dan keberanian. Ia menjadi simbol bahwa perempuan dapat mengambil peran penting dalam pemerintahan, meskipun budaya pada masa itu didominasi laki-laki.

Baca Juga:  
Tren Kepemimpinan Kewirausahaan di Era Society 5.0: Gen Z Bisa Apa

Selain itu, ada Siti Aisyah We Tenriolle dari Kerajaan Tanete, yang tidak hanya menjadi penguasa di wilayahnya tetapi juga dikenal sebagai tokoh inteletual. Ia menerjemahkan epos Bugis terkenal, La Galigo, yang menunjukkan kecerdasannya di bidang sastra dan politik. Di Kerjaan Bone, We Imaniratu Arung Data juga menjadi raja perempuan yang memimpin dengan kuat, menegaskan jejak sejarah kepemimpinan perempuan di Sulawesi Selatan.

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemenangan perempuan dalam Pilkada 2024 ini adalah kelanjutan dari tradisi kepemimpinan yang pernah terbentuk oleh para raja perempuan dalam sejarah Sulawesi Selatan. Para pemimpin perempuan saat ini melanjutkan semangat juang dan kebijaksanaan yang diwariskan oleh para pendahulu mereka.

Budaya dan Perubahan Persepsi Masyarakat.

Meskipun Sulawesi Selatan memiliki sejarah kepemimpinan perempuan, tetapi masih dipengaruhi oleh budaya patriarki yang masih kuat. Namun, dengan kemenangan Pilkada 2024, terlihat adanya perubahan dalam pandangan masyarakat terhadap kemampuan perempuan dalam memimpin.

Nilai-nilai “siri” na pacce” (kehormatan dan empati) yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Bugis Makassar, kini tidak tidak hanya dimaknai dalam konteks kepempinan laki-laki. Para pemimpin perempuan ini telah berhasil menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kebijakan mereka yang menggabungkan ketegasan dan kearifan lokal dengan pendekatan yang lebih inklusif dan empatik. Mereka mampu memenangkan hati masyarakat dengan program-program yang berfokus pada kesejahteraan keluarga, pendidikan, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan sosial, yang semuanya sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat modern.

Baca Juga:  
Kembalinya Akal Sehat Kampus

Perubahan ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin menerima kepemimpinan perempuan dan melihat mereka sebagai pemimpin yang dapat membawa perubahan positif tanpa harus meninggalkan nilai-nilai tradisional. Perempuan yang dulu ditempatkan di belakang layar, kini berada di garis depan perubahan politik.

Perspektif Gender: Tantangan dan Peluang.

Dari sudut pandang gender, kemenangan perempuan pada Pilkada 2024 adalah membuktikan bahwa meskipun masih menghadapi banyak tantangan, mereka mampu mengatasi hambatan-hambatan struktural dan sosial yang sering dihadapi perempuan dalam politik. Perempuan sering kali harus lebih keras membuktikan diri daripada laki-laki untuk mendapatkan pengakuan dan kepercayaan di ranah politik. Bias gender, diskriminasi, dan stereotip yang masih ada tidak menghentikan mereka untuk maju dalam memenangkan kontestasi politik yang konpentitif.

Kemenangan ini juga membuktikan bahwa perempuan tidak hanya mampu mengisi posisi politik, tetapi juga agen perubahan yang efektif. Mereka mambawa persfektif yang inklusif dan sensitif terhadap isu-isu sosial dan gender, yang sering kali terabaikan dalam kepemimpinan laki-laki.

Lebih dari sekedar pencapaian pribadi, kemanangan tujuh perempuan ini membuka pintu bagi generasi perempuan berikutnya untuk aktif terlibat dalam politik. Mereka menjadi inspirasi bagi perempuan lain untuk melawan stigma dan memperluas partisipasi politik di berbagai level pemerintahan.

Baca Juga:  
Pendidikan dan Janji Konstitusi yang Masih Belum Terealisasi

Masa Depan Kepemimpinan Perempuan di Indonesia.

Kemenangan Andi Ina Kartika Sari, Husnia Talenrang, Hj. Ratnawati Arif, Hj Fatma Rusdi, Hj Aliyah Mistika, Nur Kanaah, dan Hj Puspawati dalam Pilkada 2024 bukan sekedar kemenangan individu, tetapi merupakan kemenangan kolektif bagi perempuan di Indonesia. Mereka telah membuka jalan bagi perempuan lain untuk terus berjuang dan berpartisipasi aktif dalam politik, terutama di wilayah yang masih mempertahankan nilai-nilai patriarki yang kuat.

Dengan adanya perempuan di posisi kepemimpinan, diharapkan kebijakan-kebijakan yang lebih inklusif, sensitif terhadap isu-isu gender yang kerap kali terabaikan, seperti pemberdayaan perempuan dan perlindungan sosial, dapat lebih banyak mendapat perhatian.

Kemenangan ini juga menandai era baru dalam politik Indonesia, di mana kemimpinan perempuan semakin diterima dan diakui sebagai bagian penting dari pembangunan bangsa.

Para pemimpin perempuan ini adalah penerus semangat perempuan-perempuan tanggung dalam sejarah Sulawesi Selatan, yang dahulu pernah memimpin kerajaan besar dan membentuk sejarah politik Indonesia. Kini, mereka melanjutkan sejarah tersebut dengan tantangan dan semangat baru untuk menciptakan masa depan yang lebih inklusif.

Penulis: Megatriani
Baca berita Pos Liputan di:
|

Komentar